PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Salah satu indikator derajat
kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi,
sedangkan faktor paling penting yang berperan dalam
pencegahan kematian bayi adalah perilaku pemberian Air Susu Ibu (ASI).
Berdasarkan penelitian Mutakhir
ditemukan bahwa 16% kematian bayi
dapat dicegah jika semua bayi diberikan ASI pada hari pertama setelah lahir, sedangkan jika diberikan pada 1 jam pertama setelah lahir maka 22% kematian bayi dapat dihindarkan (Dikes
NTB, 2007).
Menurut Data Ibu nifas di Puskesmas
Tanjung Karang mulai dari bulan Januari-Juli yaitu 200 orang ibu nifas dan yang
mengalami Bendungan ASI sebanyak 24
orang (12%) dari bulan januari-juli. Terjadinya Bendungan ASI terbanyak di Indonesia adalah pada ibu-ibu pekerja.sebanyak 16% dari
ibu yang menyusui(Depkes.RI.2006). Dengan adanya kesibukan keluarga dalam
pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian keluarga.maka dengan
adanya kesibukan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan
perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya penigkatan
angka kejadian engorgement (Brinch.
J.1996).
Bagi seorang ibu yang melahirkan
adalah tugas yang berat yang menguras tenaga setelah melahirkan ibu menghadapi
masalah cukup serius, yaitu merawat bayi dan memulihkan kondisi fisik dan
mentalnya karena pasca melahirkan tubuh ibu mengalami perubahan,baik fisik alat
– alat reproduksinya maupun psikologi, siap atau tidak siap setiap ibu harus
melewatinya ( Huliana, 2003)
Setelah melahirkan secara naluriah
setiap ibu mampu menjalankan tugasnya untuk menyusui bayi. Menyusui adalah cara
yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang kepada anaknya dan cara yang
terbaik untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi adalah menyusui ( Huliana, 2003)
Memberikan ASI merupakan suatu cara
perlahan lahan untuk memutuskan ikatan yang telah mengikat ibu dan bayinya
selama kehamilan,maka bagi banyak wanita menyusui menjadi suatu pertolongan
dalam mencegah atau mengurangi perasaan kehilangan yang di sebabkan oleh
kelahiran. Tidak ada cara yang lebih mudah untuk menenangkan seorang bayi yang
menangis selain menawarkan payudara. ( Lee Kerrie, 1998).
Setelah persalinan,perawatan
payudara bertujuan untuk menjaga kelangsungan produksi ASI, termaksud melakukan
senam nifas atau olahraga ringan,tentu saja keadaan kesehatan dan kecukupan
gizi juga berpengaruh terhadap produksi asi ( Musbikin, 2006)
Untuk beberapa ibu, pemberian susu berjalan baik dari
permulaan dan tidak pernah menjadi masalah, tetapi pada tahap-tahap berikutnya
pemberian ASI dapat naik dan turun, terutama pada ibu yang pertama melahirkan. Oleh
karena hal tersebut kebanyakan ibu-ibu menyusui menghadapi banyak masalah dalam menyusui, seperti payudara bengkak. puting lecet. dsb (Steven, 2005).
Untuk memperoleh produksi ASI yang cukup dan sehat,
payudara perlu dipersiapkan terutama selama kehamilan, bahkan setelah
melahirkan. Segera setelah persalinan,
bayi sebaiknya ditempatkan bersama ibunya agar sedini mungkin
dapat mengisap payudara ibu. Setelah
persalinan, perawatan payudara juga masih diperlukan untuk menjaga kelangsungan produksi ASI (Musbikin, 2006).
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa
sekitar hari ketiga atau keempat sesudah
melahirkan, payudara tentu sering terasa lebih penuh
serta nyeri, keadaan seperti itu yang membuat ibu malas untuk menyusui bayinya. Hal tersebut di sebabkan
karena ibu tidak tahu bahwa semua
itu merupakan tanda-tanda bahwa ASI mulai banyak produksi. Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan susu formula pada bayi, pembengkakan berlanjut, payudara akan bertambah bengkak atau penuh ( Nontji. 2006)
Untuk mengatasi beberapa masalah
tersebut diatas bagi ibu-ibu PUS yang akan melahirkan perlu mendapatkan
pendidikan dan pelatihan untuk menambah tingkat pengetahuan dalam rangka
persiapan menghadapi kelahiran, perawatan bayi, perawatan payudara ibu setelah
melahirkan.
Informasi ini masih sangat terbatas
oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Gambaran
Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan Ibu nifas Tentang Cara Perawatan Payudara di Puskesmas Tanjung Karang Mataram”.
B.
Perumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut Bagaimana Gambaran tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu
Nifas tentang cara perawatan payudara di puskesmas Tanjung Karang Mataram?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan ibu Nifas tentang cara perawatan
payudara dipuskesmas Tanjung Karang Mataram
2.
Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi
pendidikan ibu Nifas tentang cara perawatan payudara di Puskesmas
Tanjung Karang Mataram
2) Mengidentifikasi
tingkat pengetahuan ibu Nifas tentang
cara perawatan payudara terhadap timbulnya bendungan ASI di Puskesmas Tanjung
karang Mataram
3)
Mengidentifikasi cara
perawatan payudara dipuskesmas Tanjung
Karang Mataram
4)
Mendapatkan gambaran tentang tingkat
pendidikan dan pengetahuan
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi institusi
kesehatan
Di gunakan sebagai sumber bahan masukan untuk penelitian
yang lebih mendalam mengenai Gambaran tingkat Pendidikan dan tingkat
Pengetahuan ibu Nifas tentang cara perawatan Payudara di Puskesmas Tanjung
Karang.
2.
Bagi petugas
kesehatan
Sebagai bahan acuan memberikan asuhan
terhadap ibu nifas terutama berhubungan
dengan tingkat pendidikan dan
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara perawatan payudara di Puskesmas
Tanjung Karang
3.
Bagi
peneliti
Untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan,sikap,ketrampilan dan
memberikan pengalaman melaksanakan penelitian
mandiri serta melakukan analisis.
4.
Bagi masyarakat
Memberikan infomasi kepada masyarakat mengenai perawatan
payudara dan masalah bendungan ASI dalam hal pengertian, gejala, komplikasi,
pencegahan dan cara penaggulangannya serta kaitanya degan tingkat pendidikan
dan pengetahuan.
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda, blog in do follow. Setelah anda komentar, akan di kunjungi balik.