BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk
meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan salah satu
unsur penting.
Pertumbuhan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI
tersebut, ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan
usia sekitar 6 (enam) bulan tersebut dengan menyusui secara eksklusif.
Penambahan berat badan bayi merupakan salah satu cara untuk
melihat pertumbuhan pada bayi. Terdapat variasi besar untuk berat dan tinggi
badan yang dianggap normal pada bayi yang baru lahir. Berat rata-rata adalah
antara 2,5-4,5 kg dan banyak bayi yang sehat berat badannya kurang atau lebih
dari angka-angka tersebut tanpa ada masalah.
Bayi biasanya kehilangan berat badan di hari-hari pertama setelah
kelahiran sekitar 10 persen dari berat lahir masih dianggap tidak apa-apa. Ini
disebabkan oleh kehilangan kotoran (mekonium) melalui pup dan urin yang
merupakan hal yang wajar. Dan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali
berat lahirnya yaitu sekitar hari ke-10. Banyak bayi yang sehat membutuhkan
waktu yang lebih lama. (www.wikipedia.com).
Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta
balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya gizi buruk.
Anemia defisiensi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak. Apabila dikaitkan
dengan pemberian ASI Eksklusif, keadaan ini cukup memprihatinkan (SDKI,
2002-2003). Lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui
dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada
tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 (enam) bulan menurun dari 42,4% tahun 1957
menjadi 39,5% pada tahun 2002 (SDKI, 1997-2002).
Air susu ibu ( ASI ) merupakan bentuk makanan
tradisional dan ideal untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. ASI sanggup memenuhi
kebutuhan gizi bayi untuk masa hidup empat sampai dengan enam bulan pertama,
walaupun bahan makanan yang diperlukan sudah diperkenalkan. Sebagai makanan
terbaik untuk bayi memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan dan
mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena manfaat ASI sangat besar,
maka bayi umur 0 - 6 bulan pertama dianjurkan hanya diberikan ASI tanpa makanan
tambahan. Pemberian ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan lain sampai bayi
berumur 6 bulan disebut ASI Eksklusif dan hal ini merupakan satu cara mencapai
kesejahteraan ibu dan anak ( Depkes RI, 1992 ).
ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam
ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. Unsur ini mencakup hidrat arang,
lemak, protein, vitamin dan mineral dalam jumlah yang proporsional. Kandungan
hormon ASI jumlahnya sedikit, tetapi sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan
dan sistem metabolisme. Zat hidrat arang dalam ASI dalam bentuk laktosa yang
jumlahnya akan berubah – ubah setiap hari menurut tumbuh kembang bayi (
Hubertin, 2004).
Gangguan gizi pada masa bayi dan anak dapat
menghambat petumbuhan dan perkembangan bayi tersebut di kemudian hari.
Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih
cerdas dengan diberi ASI eksklusif selama empat sampai enam bulan pertama
kehidupannya. ASI merupakan sumber nutrisi dan imunitas yang paling baik untuk
bayi yang sedang tumbuh kembang (Hanafi, 2004). Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak – anaknya
sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun
( balita ).
Pemberian ASI dilakukan melalui rangsangan
isapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang
memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap putting
susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-hari pertama
kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka akan
dihasilkan secara bertahap 10 – 100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah
hari 10 – 14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700 – 800 ml ASI per hari
( kisaran 600 – 1000 ml ) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun
( 500 – 700 ml ) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400 – 600 ml pada 6 bulan
kedua usia bayi. Produksi ASI akan menjadi 300 – 500 ml pada
tahun kedua usia anak (Soetjiningsih, 1992).
Dari latar belakang diatas, menyatakan betapa
pentingnya pemberian ASI eksklusif, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Penambahan Berat Badan Bayi di Puskesmas
Karang Pule Tahun 2010”.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu “Apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan penambahan
Berat Badan Bayi di Puskesmas Karang Pule Tahun 2010?”
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan penambahan berat badan bayi
di Puskesmas Karang Pule 2010..
2.
Tujuan Khusus
1)
Mengidentifikasi jumlah bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif .
2)
Mengidentifikasi pertambahan berat badan bayi
selama 6 bulan pertama.
3) Menganalisa hubungan pemberian ASI eksklusif
dengan penambahan berat badan bayi.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti
Untuk menambah
wawasan, memperluas ilmu pengetahuan dalam pengembangan ilmu serta sebagai
tambahan literatur atau informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
2.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan
masukan untuk peningkatan cakupan program khususnya kesehatan ibu dan anak.
3.
Bagi Profesi Bidan
Dengan
diketahui pengaruh ASI eksklusif terhadap tingkat pertumbuhan bayi akan menjadi
informasi bagi pemberi layanan kebidanan untuk dapat memberikan penyuluhan yang
baik di mulai pada saat hamil hingga pada saat persalinan.
4.
Bagi Masyarakat
Mengetahui
manfaat pemberian ASI eksklusif khususnya bagi ibu– ibu post partum yang sedang
menyusui.
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda, blog in do follow. Setelah anda komentar, akan di kunjungi balik.